Belajar pada Ali dan Fathimah

Aku selalu tertarik dengan kisah cinta nya Ali dan Fatimah. Kisah yang penuh hikmah dan sangat manusiawi. Salut sama Fathimah dan Ali deh pokoknya..

Jadi gini ceritanya..

Ali Bin Abi thalib waktu itu ingin melamar Fatimah, putri nabi Muhammad SAW. Tapi karena dia tidak punya uang untuk membeli mahar, maka ia membatalkan niat itu. Ali segera berhijrah untuk bekerja dan mengumpulkan uang. Pada saat Ali sedang bekerja keras, ia mendengar kabar kalau Abu Bakar ternyata melamar Fatimah. Wah, gimana coba perasaan Ali, wanita yang sudah dia incar dilamar oleh seseorang yang ilmu agama nya lebih hebat dari dia. Kata Ali “Yaah, sudah keduluan, hiks..”. Tapi Ali tetap bekerja dengan giat. Ia tahu ketentuan Allah adalah yang terbaik.

Lalu setelah beberapa lama Ali mendengar kabar kalau lamaran Abu Bakar kepada Fatimah ditolak. Ali kaget dan sedikit bergembira tentunya, hehee, kata Ali “waah, saya masih punya kesempatan nih”. Setelah mendengar kabar itu, Ali bekerja lebih giat lagi agar cepat mengumpulkan uang dan segera melamar Fatimah (Ali..pantang menyerah ya). Tapi tak lama setelah itu, Ali mendengar kabar kalo Umar Bin Khatab melamar Fatimah. Wah, sekali lagi Ali keduluan orang lain, gimana coba perasaanya? Langsung ciut.. Tapi ga berapa lama Ali mendengar kalau lamaran Umar bin Khotob ditolak. Hmm..perasaan Ali gimana coba ? (tau sendiri laaah..)

Tapi tak lama kesenangan itu kembali pudar Karena terdengar kabar lagi, ternyata Usman bin Affan melamar Fatimah. Wahh, ini sudah yang ketiga kalinya, kata Ali “mungkin kali ini diterima. Coba Usman ga melamar Fatimah secepat ini, InsyaAllah ga lama lagi saya akan melamar Fatimah, tapi yasudahlah,, mungkin takdir berkata lain.

Dan sekali lagi, ga berapa lama dari itu, kabar ditolaknya lamaran Usman bin Affan pun terdengar lagi, Wahaha, betapa bahagianya Ali. Semangat Ali untuk melamar Fatimah pun berkobar lagi, dan semangat itu didukung oleh teman2 Ali. Kata teman nya “Ayo Ali, lamar Fatimah sekarang, tunggu apa lagi?? kamu kan sudah bekerja keras selama ini, kamu juga sudah mengumpulkan harta dan cukup untuk membeli mahar. Ayooo, tunggu apa lagi??? Tunggu yang ke4 kalinya??? Ayo cepeeett!!!”

Dengan segera Ali memeberanikan diri untuk menghadap ke Nabi Muhammad dengan tujuan melamar Fatimah, dan kalian tau jawabannya??? LAMARAN DITERIMA!!!

FYI : ternyata memang dari dulu Fatimah sudah mempunyai perasaan dengan Ali dan menunggu Ali untuk melamarnya. Begitu juga dengan Ali, dari dulu dia juga sudah mempunyai perasaan dengan Fatimah,. Tapi mereka berdua sabar menyembunyikan perasaan itu sampai saat nya tiba, yaitu rangkaian khitbah dan akad.
Rasulullah pun sebenernya tahu bagaimana perasaan Fatimah,,Karena itulah ia menolak lamaran yang lain dan menunggu Ali yang datang.

Kata-kata ini pasti akan muncul dalam benak kita “Jodoh memang tidak kemana”. Apa yang bisa dipetik dari cerita diatas?Hmm..setiap orang pasti memiliki petikan hikmah yang berbeda. Buatku, cerita ini selalu menarik karena kita semua bisa belajar dari Ali dan FAtimah bagaimana memenej hati. Tidak dipungkiri kalau riak-riak hati itu memang ada..tapi tidak kemudian terlarut pada sesuatu yang belum pasti. Ada kerelaan jika memang Allah telah menentukan takdir lain, ada pengharapan, ada usaha, tapi tetap dibingkai dalam aturanNya. Yaud,,smoga kita bisa sama-sama belajar dari Ali dan Fathimah.

Kisah itu berbentuk sebuah dialog. “wahai Ali…,” kata Fathimah, “Sebelum menikah denganmu, aku pernah sangat menyukai seorang laki-laki dan aku sangat ingin menikah dengannya”. Berubah rona wajah Ali mendengar kalimat ini. Cemburu, marah, penasaran campur aduk jadi satu. Tapi tetap dengan kelembutan dan perasaannya yang halus dia berkata, “Apakah engkau menyesal menikah denganku?” Fathimah tersenum geli melihat ekspresi sang suami. “Tidak”, ucapnya pelan. “Karena lelaki itu adalah…, engkau.”

Ehm, ehm, jangan membayang-bayangkan jadi Fathimah dan Ali dulu ya! Cinta, boleh jadi ada. Tapi Fathimah tahu kapan saatnya mengungkapkan agar ianya tak menjadi penyakit di hati masing-masing. Bandingkan jika kau ungkap cintamu sekarang, tapi Allah tak hendak menikahkanmu dengannya. Bukankah hanya sakit yang kau rasa? Bukankah ia merusak kesucian jiwa?

Saudaraku, sahabatku. Cinta yang sehat belum menuntut apa-apa, jika belum ada ikrar halal atasnya. Boleh jadi engkau merahasiakan rasa simpati dan ketertarikan. Tetapi tetap saja penyakit namanya kalau orientasi kedepanmu hanya si dia. Maksudnya, kalau engkau mendikte Allah bahwa dialah yang pasti jadi jodohmu. Lalu engkau bukannya meminta yang terbaik dalah istikharahmu, tetapi benar-benar mendikte Allah: “Pokoknya harus dia Ya Allah… Pokoknya harus dia!

Kalau begitu caranya, seolah engkau menentukan segalanya. Karena engkau meminta dia ‘dengan paksa’, lalu Allah memberikannya padamu, kiranya kau bisa menebak itukah yang terbaik untukmu? Tak selalu. Bisa jadi Allah tak mengulurkannya dengan kelembutan, tapi Ia melemparnya dengan marah karena niat yang terkotori. Maka bersiaplah menggigit jari dalam kekecewaan abadi:

“Kecelakaan besarlah bagiku. Kiranya dulu aku tidak menjadikan si Fulan menjadi kekasihku!”

(Al Furqan: 2 8)

Aku mengajakmu bicara tentang cinta yang sehat. Betapa jibril ‘Alaihissalam mengajarkan esensi luar biasa pada kita melalui lisan Rasulullah tentang hakikat hidup, amal dan cinta yang sehat:

“Wahai Muhammad, hiduplah sesukamu tapi kau pasti akan mati. Berbuatlah sekehendakmu tapi kau pasti dibalas. Dan cintailah siapapun yang kau mau tapi engkau pasti berpisah dengannya.”

(HR. Ath Thabrani)

Cintailah siapapun, tapi kau pasti berpisah dengannya. Kalimat ini menyentakkan sebuah kesadaran, bahwa sehatnya cinta mutlak agar tiada penyesalan, kecewa, dan nelangsa dalam hidup yang singkat ini.

Kalau nasehat ini tak cukup, bukankah Allah sendiri telah mengajakmu bicara:

“…Boleh jadi kalian membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagi kalian. Dan boleh jadi kalian mencintai sesuatu, padahal ia amat buruk bagi kalian. Allah Maha Mengetahui sedang kalian tidak mengetahui.” (Al Baqarah: 216)

Dikutip dari buku NPSP nya Salim A Fillah. Bukunya bagus lho..hehehe



0 komentar: